Friday, August 25, 2017

Arnold Schwarzenegger: JANGAN BANGGA DENGAN JABATAN. Waktu terus berubah


PELAJARAN Dari Mantan Gubernur California Arnold Schwarzenegger

Aktor terkenal yang juga mantan gubernur California Arnold Schwarzenegger menghebohkan jagad sosial media setelah mengunggah foto dirinya yang sedang tidur di jalan di bawah patung perunggu dirinya di luar hotel, dan menulis dengan sedih, 'How times changed' ("Bagaimana waktu berubah").
Melalui foto tersebut, dia menyampaikan sebuah pesan bahwa penghormatan orang terhadap Anda berubah seiring berjalannya waktu.

Seperti dilansir Trends Gulte (22/8/2017), alasan dia menuliskan kalimat tersebut bukan karena dia tua, tapi karena ketika dia jadi gubernur California meresmikan hotel tersebut dengan patung perunggu dirinya di depan hotel tersebut. Pihak hotel menyampaikan ke Arnold "Setiap saat Anda boleh datang dan ada kamar untuk Anda yang selalu tersedia". Namun ketika Arnold sudah tidak menjabat gubernur lagi dan datang ke hotel tersebut, pihak hotel menolaknya dengan alasan bahwa kamar hotel sudah penuh.

Dia lalau membawa kantong tidur dan tidur di bawah patung dirinya dan berharap orang bisa mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.

Arnold dengan kekayaannya bisa membeli hotel yang dia inginkan, tapi dia ingin menyampaikan pesan kepada orang-orang melalui tindakannya.

Dia memposting foto tersebut di media sosial, dia menyampaikan sebuah pesan bahwa ketika dia berada dalam posisi yang kuat, semua orang termasuk manajemen hotel memuji dia, namun saat dia kehilangan posisinya sekarang, mereka dengan mudah melupakan janji mereka kepadanya.

'How times changed'

Ya waktu terus berubah.

Jangan percaya pada semua atribut duniawi: jabatan anda, harta benda anda, atau kekuasaan atau kecerdasaan anda. Semua itu tidak ada yang abadi. Kecuali kehidupan setelah kematian.

Thursday, August 24, 2017

Ceramah tentang zakat

Assalamu’alaikum Wr Wb.
Santrigaul – Sedekah dan infaq memiliki kesamaan arti dan perbuatan, yaitu mengeluarkan harta untuk diberikan kepada yang tidak mampu.
Sedekah meliliki banyak pengertian dari banyak para ulama. Salah satu pengertiannya dari Al-Jurjani, Ia berpendapat bahwa segala sesuatu pemberian yang diharapakan mendapatkan ridho Allah SWT. Pemberian yang dimaksud bisa bermacam-macam, Baik pemberian itu berupa harta maupun pemberian berupa perbuatan atau perlakuan baik (memberikan jasa tenaga kerja).
Infaq diambil dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan suatu harta untuk dipergunakan kepentingan umum atau orang banyak. Infaq adalah mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan untuk suatu kepentingan seperti yang diperintahkan ajaran islam. Infaq dikeluarkan oleh setia orang yang beriman, berpenghasilan tinggi ataupun rendah, walaupun orang tersebut dalam keadaan lapang ataupun sempit dan infaq pun dan diberikan kepada siapa saja, misalkan kepada kedua orang tua, anak yatim piatu dan lain sebagainya.
Sedekah walaupun kecil nilainya tetapi sangat berharga di mata Allah SWT. Orang yang pelit dan kikir terhadap hartanya dan tidak pernah menyedekahkan hartanya walaupun hanya sebagian, maka merugilah mereka di dunia maupun di akhirat karena tidak ada keberkahan dalam hartanya. Padahal bersedekah itu sangat penting bagi kepentingan dirinya, karena dengan mensedekahkan harta akan menuai berkah dan sebaliknya jika menahan hartanya maka akan celaka.
Dalam Sedekah memiliki Banyak keutamaan:

Allah SWT Akan Melipat Gandakan Harta Orang yang Bersedekah

orang yang bersedekah akan dilipatgandakan hartanya, bukan berkurang hartanya
www.lazisarrahman.org
Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261 disebutkan, “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan 70 tangkai, pada setiap tangkainya terdapat 100 biji. Allah melipatgandakan bagi siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”
Secara logika tidak mungkin jika kita mengeluarkan harta kita tetapi harta kita tidak berkurang tetapi malah dilipatgandakan. Ini salah satu rahasia Allah dan hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui lagi Maha Segalanya.

Sedekah Tidak Mengurangi Rezeki

Dalam Al-Qur’an Surat An Nisaa’ ayat 39 disebutkan, “Dan apakah kerugian yang akan menimpa kepada mereka jika mereka beriman kepada Allah SWT dan hari Akhir, serta mensedekahkan sebagian dari yang Allah telah karuniakan kepada mereka? Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
Dari ayat ini bisa diambil kesimpulan bahwa orang-orang yang menyedekahkan hartanya maka tiada kerugian yang ia dapatkan.

Amalan Sedekah Tidak Akan putus Walaupun Sudah Mati

Dalam Hadits disebutkan, Rasulullah SAW bersabda: “Jika manusia itu mati terputus semua amalannya kecuali 3 perkara, kecuali sedekah jariyah dan ilmu yang dimanfaatkan dan doa anak sholeh yang mendoakannya (Kedua orangtua).” (HR Tirmidzi)
3 amalan inilah yang pahalanya akan terus mengalir walaupun kita sudah meninggal, yaitu pahala bersedekah, pahala dari ilmu baik yang pernah diajarkan kepada orang lain, dan doa anak yang sholeh kepada orangtuanya. Maka dari itu akan lebih baiknya kita mengamalkan 3 amalan tersebut sebelum ajal menjemput kita.

Sedekah Membuka Pintu Rezeki

Dalam hadits oleh Abu Hurairah R.A, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Tidak ada hari yang disambut oleh para hamba melainkan di sana ada dua malaikat turun, salah satunya berkata: “Ya Allah berikanlah ganti kepada orang-orang yang berinfaq. Sedangkan malaikat yang lainnya berkata: “Ya Allah berikanlah kehancuran kepada orang-orang yang menahan hartanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sedekah Dapat Menyembuhkan Penyakit

Jika merasa mulai sakit pada tubuh, cobalah untuk bersedekah.
www.radiokita.or.id
Rasulullah SAW bersabda: “Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit dengan bersedekah dan siapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana.” (HR At Thabrani)
Yang ini juga salah satu logika yang agak aneh jika dipikirkan, tetapi sekali lagi ini merupakan rahasia Allah yang patut kita syukuri. Mengapa hanya dengan bersedekah bisa mengobati orang yang sakit? Hanya Allah yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu.

Sedekah Dapat menunda Kematian

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sedekah orang muslim dapat menambah (memperpanjang) umurnya, dapat menunda kematian yang su’ul khotimah (akhir yang jelek), Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran dan sifat berbangga kepada diri sendiri.” (HR At Thabrani)
Sedekah Adalah Naungan di Hari Kiamat
Rasulullah SAW bersabda: “Naungan bagi seorang muslim pada hari akhir adalah sedekahnya” (HR Akhmad)

Sedekah Juga Menjauhkan Kita Dari Api Neraka

Dengan bersedekah, maka dengan seizin Allah akan dapat melindungi dari api neraka
berjagajaga.wordpress.com
Allah SWT berfirman bahwa salah satu ciri dari orang yang bertaqwa yang akan masuk surga ialah orang yang bersedekah ketika lapang maupun sempit.
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang-orang berinfaq, baik diwaktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran 133-134)
Dari ini semua memberikan sebuah kesimpulan bahwa bersedekah itu tidak harus diwaktu lapang saja, tetapi juga diwaktu sempit. Manfaat sedekah pun juga sedemikian banyaknya, alangkah baiknya jika kita mengamalkannya. Segala manfaat yang diberikan itu merupakan ganjaran bagi orang yang mau bersedekah, karena seluruh harta yang kita miliki semuanya dari Allah, maka lebih baiknya jika kita mengembalikannya kembali kepada Sang Pemiliknya dengan bersedekah.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Sry Mulyani: Menginginkan agar zakat dikelola seperti PAJAK



Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pengelolaan dana zakat di Indonesia masih belum dilakukan secara optimal, padahal sistemnya bisa dilakukan sama seperti pemerintah mengelola dana pajak.

Hal tersebut diungkapkannya dalam acara 2nd Annual Islamic Finance Conference (AIFC) 2017 di Hotel Ambarukmo, Yogyakarta, Rabu (23/8/2017).

Sri Mulyani menyebutkan, ekonomi berbasis islami dan keuangan syariah, dengan konsep yang khas, telah berkontribusi dan akan terus mendukung tercapainya tujuan pembangunan.


Apalagi, ekonomi berbasis islam berdiri di atas seperangkat tujuan komprehensif yang telah dirumuskan oleh para ulama islam sebagai tujuan syariah, yaitu perlindungan agama, perlindungan hidup, perlindungan intelek, perlindungan keturunan, dan perlindungan kekayaan atau harta benda.

"Ekonomi berbasis islam, dalam banyak hal telah selaras dengan tujuan pembangunan PBB. Zakat dan wakaf, misalnya juga telah banyak digunakan sebagai instrumen untuk mengangkat kualitas hidup dan sekaligus meningkatkan status ekonomi masyarakat miskin," kata Sri Mulyani.

Dia menceritakan, bahwa masih ada sekelompok orang yang mengerti zakat hanya sebagai kewajiban tahunan yang dibayar pada akhir Ramadan, yakni zakat fitrah. Padahal, ada jenis zakat yang jarang dipenuhi atau dibayar seperti zakat maal atau zakat kaya.

Belum taatnya pembayaran zakat maal, kata Sri Mulyani, dimungkinkan karena pemahaman tradisional bahwa objek zakat maal hanya emas, perak, pertanian, peternakan, dan pertambangan.

"Pemahaman ini tidak sepenuhnya salah karena kebanyakan harta benda pada saat itu berada dalam bentuk itu. Tapi saat ini harta atau kekayaan bisa dalam bentuk yang jauh berbeda seperti saham, sukuk, dan upah atau gaji, bahwa jika kita mengikuti definisi kekayaan klasik mungkin bukan objek zakat," papar dia.

Sama seperti pajak, kata Sri Mulyani, zakat maal ini harus dibebankan kepada aset produktif atau tumbuh, sebagai kelebihan kebutuhan dasar yang sudah dimiliki sempurna memenuhi kuantitas, dan bertahan dalam jangka waktu tertentu. Menurut dia, dengan adanya pembayaran zakat maal, maka potensi koleksi zakat juga meningkat.

Pengelolaan zakat seperti pajak juga bisa menyelesaikan masalah pengelolaan zakat di banyak negara islam termasuk Indonesia. Sebab, selama ini kewajiban membayar zakat disalurkan secara informal melalui keluarga, teman atau badan amal keluarga, sehingga menyebabkan pengelolaan zakat belum optimal.

"Jadi bagaimana mengolah, me-manage dana ini, karena ini sama seperti pajak, anda membayar dan tidak mengharapkan ini kembali, seperti pajak wajib berdasarkan UU, ini tujuannya melakukan pembangunan, ini harus dikelola transparan, dan ini juga menciptakan keyakinan umat dan memenuhi pembayaran zakat, agar menggunakan sumber daya dengan baik," jelas dia.

Tuesday, August 15, 2017

FAKTA: Tahukah Anda Hanya Di Indonesia Menggunakan Gelar Haji.

*ASAL-USUL PEMAKAIAN GELAR HAJI DI MASYARAKAT INDONESIA.*

Kalau Anda Tahu Sejarah GELAR HAJI, Itu Warisan Penjajah Belanda, Karena TAKUT Pada Orang Yang Baru Pulang Dari SAUDI

*“SEJARAH GELAR HAJI DI INDONESIA”*

berhaji-ke-mekahTahukah anda bahwa gelar tambahan “HAJI” itu hanya terjadi di Indonesia ???

Di Arab Saudi maupun negara belahan dunia manapun ketika seseorang pulang menunaikan ibadah Haji tidak ada yang menambahkan gelar tersebut di depan nama mereka.

Bahkan kita tidak pernah memanggil Rosulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan gelar “Haji Muhammad” atau kepada sahabat-sahabat Rasulullah dengan sebutan “Haji Abubakar Ash-Shiddiq”, “Haji Umar bin Khath-thab”, “Haji Utsman bin Affan” maupun “Haji Ali bin Abi Thalib”.

Lalu bagaimana sejarahnya gelar “HAJI” itu bisa muncul di Indonesia…?

Pada zaman pendudukan Belanda, banyak pahlawan Indonesia yang menunaikan ibadah Haji (seperti Pangeran Diponegoro, HOS Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantara dll.) dan kepulangan mereka dari ibadah Haji banyak membawa perubahan untuk Indonesia, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik.
Hal ini merisaukan pihak penjajah Belanda.

Maka salah satu upaya Belanda untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak-gerik ulama-ulama ini adalah dengan mengharuskan penambahan gelar “Haji” di depan nama orang yang telah menunaikan ibadah Haji dan telah kembali ke Tanah Air.

Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903. Pemerintahan kolonial-pun mengkhususkan Pulau Onrust dan Pulau Khayangan di Kepulauan Seribu jadi gerbang utama jalur lalu lintas perhajian di Indonesia.
Pemakaian gelar “H” akan memudahkan pemerintah kolonial untuk mencari orang tersebut apabila terjadi pemberontakan.
Kebiasaan tersebut pada akhirnya menjadi turun temurun hingga saat ini, dan uniknya sekarang pemakaian gelar “H” tersebut malah menjadi kebanggaan.

Tak lengkap rasanya bila pulang melaksanakan ibadah Haji kalau tak dipanggil “Pak Haji” atau “Bu Hajjah”.

Ritual ibadah yang berubah makna menjadi prestise…???

Wallahu ‘alam bish shawab.

*ASAL-USUL GELAR HAJI ADALAH KONSPIRASI BELANDA UNTUK MENANGKAP PARA HAJI NUSANTARA*

 Dahulu di zaman penjajahan Belanda, Belanda sangat membatasi gerak-gerik umat muslim dalam berdakwah, segala sesuatu yang berhubungan dengan penyebaran agama terlebih dahulu harus mendapat izin dari pihak pemerintah Belanda. Mereka sangat khawatir apabila nanti timbul rasa persaudaraan dan persatuan di kalangan rakyat pribumi, yang akan menimbulkan pemberontakan, karena itulah segala jenis acara peribadatan sangat dibatasi. Pembatasan ini juga diberlakukan terhadap ibadah haji. Bahkan untuk yang satu ini Belanda sangat berhati-hati, karena pada saat itu mayoritas orang yang pergi haji, ketika ia pulang ke tanah air maka dia akan melakukan perubahan.

Contohnya adalah Pangeran Diponegoro yang pergi haji dan ketika pulang melakukan perlawanan terhadap Belanda. Imam Bonjol yang pergi haji dan ketika pulang melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan pasukan Paderinya. Muhammad Darwis yang pergi haji dan ketika pulang mendirikan Muhammadiyah, Hasyim Asyari yang pergi haji dan kemudian mendirikan Nadhlatul Ulama, Samanhudi yang pergi haji dan kemudian mendirikan Sarekat Dagang Islam, Cokroaminoto yang juga berhaji dan mendirikan Sarekat Islam. Hal-hal seperti inilah yang merisaukan pihak Belanda. Maka salah satu upaya belanda untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak-gerik ulama-ulama ini adalah dengan mengharuskan penambahan gelar haji di depan nama orang yang telah menunaikan ibadah haji dan kembali ke tanah air. *Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903.*

Di Kepulauan Seribu, di Pulau Onrust dan Pulau Khayangan (sekarang Pulau Cipir), orang-orang yang pulang haji, banyak yang di karantina di sana. Ada yang memang untuk dirawat dan diobati karena sakit akibat jauhnya perjalanan naik kapal, dan ada juga yang disuntik mati kalau dipandang mencurigakan. Karena itu gelar haji menjadi semacam cap yang memudahkan pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi mereka yang dipulangkan ke kampung halaman.

Problematika haji Indonesia

Memakai Gelar Haji Orang Islam Indonesia pada umumnya jika selesai menunaikan Ibadah Haji, maka sering di panggil Pak Haji Fulan atau Ibu Hajah Fulanah, bahkan ada sebagian orang yang dengan sengaja menambahkan gelar Haji di depan namanya untuk penulisan dalam dokumen atau surat-surat penting dengan berbagai alasan, diantaranya ada yang mengatakan itu merupakan Syiar, supaya orang tertarik untuk segera mengikuti menunaikan ibadah haji, ada pula yg beralasan bahwa Ibadah Haji adalah Ibadah yang besar dan memerlukan biaya besar jadi orang tersebut merasa rugi kalau namanya tidak memakai gelar Haji/Hajah, atau jaman dulu masih sedikit orang yang mampu (dalam hal materi) mengeluarkan biaya untuk menunaikan Ibadah haji, sehingga jarang sekali orang yang bisa melaksanakan haji, maka jika pada suatu desa atau kampung ada orang Islam yang menunaikan Haji dan di kampungnya atau desanya hanya dia satu-satunya yang pernah menunaikan Haji, maka jika di kampung/desa itu di sebutkan Pak Haji (tanpa menyebut nama aslinya) maka sekampung/sedesa pasti tahu siapalah orang yang di maksud Pak Haji itu.

Padahal Ibadah Haji itu tidak berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain seperti : – Syahadat – Sholat – Puasa – Zakat – Haji

Ternyata Ibadah Haji itu merupakan salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan Allah. Jadi jika ada orang menunaikan Haji terus namanya harus di tambahkan Haji, kalau begitu alasannya semestinya jika dia menunaikan ibadah-badah yang lain juga di tambahkan ke dalam namanya, seperti Zakat, puasa, Sholat dan Sahadat (mengapa cuma haji ??? yang dipakai sebagai gelar).

Tidak ada yang digelari dengan Pak syahdat,Pak Shalat, Pak puasa,Pak Zakat,.. Lucu kan,. kok cuma pak haji saja,.

*So.. masih merasa bangga dengan sebutan PAK HAJI?*

Thursday, August 10, 2017

Wajib baca. CIRI - CIRI ORANG STRESSS.

Ciri-Ciri orang STRESS di 2017!!!....

1. Di Warteg :
- Ada ayam Mbak?
- Ada Mas, mau pesen berapa
- Usir Mbak! Saya mau makan.

------------------------------
2. Lagi apa Jon?
- Nulis surat buat Cila, Bu…
- Lho kamu kan belum bisa nulis?
- Gpp bu, Cila juga belum bisa baca.
------------------------------
3. Joni, kamu di teras ya? - Iya, Ma..
- Lampu terasnya hidup gak?
-Gak tau, Ma… Di sini gelap banget soalnya.
-------------------------------
4. Jon! Siram bunga sekarang!
- Lagi ujan loh, Ma…!
- Jangan banyak alasan! Kan bisa pakai payung.
--------------------------------
6. Pah, si Joni nelen koin cepek! Cepat bawa ke dokter!
- Mama udah gila ya? Bayar dokter 200 ribu cuma buat ngeluarin koin cepek???
-------------------------------
7. Mau pesen apa Bang Jon?
- Tehnya satu yaa Mbak…
- Manis gak Bang?
- Gak perlu manis, yang penting setia Mbak!
-------------------------------
8. Hallo Pak polisi, saya Jon
- Ada yg bisa di bantu?
- Ada kecelakaan Pak!
- Di mana?
- Di TV Pak! Buruan lihat Pak, nanti keburu iklan...!
-------------------------------
9. Bang..., lagi ngapain..?
- : Ngegambar
+ : Ngegambar apee...?
- : Segitiga sama kaki...
+ : Hebat loe bang..., gue ngegambar segitiga sama tangan aje suseh....
--------------------------------
10. Bang..., bener di sini cuci mobil 24 jam....?
- : Bener mas....
+ : Gak jadi aahhh...!
- : Lhaahh..., kenapa emang...???
+ : Abis..., nyucinye lama amat ampe 24jam...!!, di-mane-mane juga gak sampe 1 jam.....??!!!
--------------------------------
11. DITILANG POLISI
+ : Mana surat-suratmu....??!
- : Maaf pak..., saya sekarang udah gak pake surat..,
saya sekarang pake email..
+ : ".....????....".
------------------------------
12. MIMPI
+ : Gue mimpi dikejar-kejar anjing....
- : Udah-lahh...., cuma mimpi.., ayo tidur lagi...!
+ : Gak mau...!
- : Kenape....???!
+ : Takut anjing-nya masih nungguin....
-------------------------------
13. NANYA ALAMAT
+ : Neng..., tinggal di-mana....???
- : Di-rumah bang...
+ : Bukan itu..., maksud-nya rumah-nya dimana...???
- : Ya di-tinggal-lah bang...!, masa saya bawa..
-----------------------------
14. NASI GORENG
+ : Bang..., nasi goreng sepiring berapa....??
- : Waduh Neng...., gak pernah saya itung tuh nasinya....??!
+ : "....???
------------------------------
15. Guru : Udin, coba ceritakan sejarah Diponegoro
Udin : Gak ah pak
Guru : Loh, knp?
Udin : kata kakek saya, gak baik ngomongin org yg sudah meninggal.

😀😀😀
Jangan lupa bersyukur dan  bahagia!!!😀😀😀😀😀

Penyebab Kaum bani Israel dilaknat menjadi kera


Pernahkah anda mendengar tentang kisah manusia yang dihina menjadi kera? 
Ternyata kisah tentang kutukan bukan hanya cerita dongeng semata-mata. Namun benar-benar boleh terjadi atas seizin-Nya.  Seperti pada kisah kaum yang pernah dikutuk menjadi kera berikut ini.
Bukan sebuah kisah karangan atau rekaan yang kemudian menjadi buah bibir masyarakat. Namun tertulis dalam Alquran yang tidak ada keraguan di dalamnya. Kutukan ini terjadi kerana mereka terlalu sombong atas atas segala yang diperintahkan Allah SWT.
Kisah ini diceritakan dalam surat Al-A’raf ayat 166. Bahwa mereka dikutuk menjadi kera yang hina. Persitiwa tersebut terjadi sebelum kehidupan Nabi Muhammad SAW. Lantas, bagaimanakah nasib kaum ini? Berikut kisahnya.
Manusia yang dikutuk menjadi kera seperti dikisahkan dalam Al-Qur’an ternyata adalah bangsa Bani Israel. Menurut para mufassir ternyata manusia yang dikutuk tersebut ialah kaum dari bangsa Yahudi. Mereka hidup pada masa lalu sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Meskipun demikian, tidak semua dari kaum tersebut yang dikutuk menjadi kera. Mereka yang telah dihina tersebut disebabkan memiliki sifat sombong atas segala perintah yang diberikan oleh Allah SWT dan juga kerana  mereka melanggar perjanjian. Allah Ta’ala berfirman:
“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina.” [QS. Al-‘A`rāf ayat 166]
“Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. [QS. Al-Baqarah ayat 65]
Kaum Yahudi yang dikutuk tersebut hidup di tepi pantai, mayoritas dari mereka bekerja sebagai penangkap ikan di laut. Pada saat itu, Allah SWT telah menetapkan hari Sabtu untuk khusus beribadah kepada-Nya dan dilarang kaum itu untuk menangkap ikan.
Akan tetapi, Allah memberikan ujian kepada mereka dengan memunculkan ikan yang berlimpah-ruah tepat di hari Sabtu. Ikan-ikan yang muncul lebih banyak dibanding hari biasa. Melihat hal  ini, ada sebagian di antara kaum Yahudi yang kemudian memasang perangkap ikan pada hari Jumat menjelang Sabtu.
Tujuannya adalah agar di hari Sabtu mereka tetap beribadah kepada Allah dan hari minggunya perangkap ikan yang mereka pasang tersebut telah penuh dengan ikan. Tentu saja hal ini telah melanggar perintah yang Allah berikan. Karena hal tersebutlah maka mereka dikutuk menjadi kera yang hina. Hal ini diperkuat dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israel tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” [QS. Al-‘A`rāf ayat 163]
Dari ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tidak semua bani Israil (Yahudi) yang dikutuk menjadi kera. Melainkan sebagian mereka yang melakukan kecurangan dengan melanggar perintah Allah untuk tidak menangkap ikan di hari Sabtu saja.
Akan tetapi, hampir semua bani Israel mengetahui mengenai perkara tersebut, sehingga ayat ini meminta kepada nabi Muhammad SAW untuk menanyakan kisah kutukan jadi kera kepada bani Israel. Pada ayat berikutnya diterangkan bahawa sebagian di antara mereka masih ada yang taat kepada perintah Allah untuk tidak menangkap ikan di hari Sabtu. Untuk mereka yang tidak dikutuk menjadi kera akhirnya mendapatkan peringatan dari Allah SWT. Allah Ta’ala berfirman:
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS. Al-‘raf: 165)
Ulama tafsir berbeda pendapat terkait dimana keberadaan kera tersebut kini. Ada yang mengatakan jika setelah diubah menjadi kera, mereka kemudian diubah kembali menjadi manusia. Namun sebagian pendapat mengatakan jika kera tersebut mati dan punah.  Namun yang pasti, mereka tidak berketurunan.
Demikianlah informasi mengenai kisah dari manusia yang dikutuk oleh Allah SWT menjadi kera yang hina seperti yang dikisahkan dalam Al-Qur’an. Ternyata mereka adalah sebagian kaum Yahudi yang telah melanggar perintah Allah. Semoga kisah ini menjadi pengajaran bagi kita semua agar senantiasa berhati-hati dalam tindak tanduk serta tingkah laku kita.
Semoga kisah ini menjadi pengajaran buat kita semua agar tidak sesekali melanggar perintah Allah walaupun diuji dengan cubaan yang berat.Semoga kita semua sabar dalam menghadapi ujian Allah.Amin. Semoga Bermanfaat.

Wednesday, August 9, 2017

Fakta kata BAHLUL sebenarnya adalah seorang ulama yang bijaksana

" BAHLUL "

"Bahlul" adalah kata yang biasa kita gunakan untuk mensifati orang yang bodoh, tapi tahukah dari mana asal kata itu..?

Dikisahkan, sesungguhnya BAHLUL seorang yang dikenal sebagai orang syekh yang terkenal di zaman Raja Harun Al-Rasyid (Dinasti Abbasiyah).

Pada suatu hari Harun Al-Rasyid lewat di pekuburan, dilihatnya Bahlul sedang duduk disana.

Berkata Harun Al-Rasyid kepadanya :

"Wahai Bahlul, kapankah kamu akan berakal/sembuh dari gila.. ?"

Mendengar itu Bahlul beranjak dari tempatnya dan naik keatas pohon, lalu dia memanggil Harun Al-Rasyid dengan sekuat suaranya dari atas pohon,

" Wahai Harun yang gila, kapankah engkau akan sadar....? ",

Maka Harun Al-Rasyid menghampiri pohon dengan menunggangi kudanya dan berkata : "Siapa yang gila, aku atau engkau yg selalu duduk dikuburan...?"

Bahlul berkata :

"Aku berakal dan engkau yang gila",

Harun : "Bagaimana itu bisa...?",

Bahlul : "Karena aku tau bahwa istanamu akan hancur dan kuburan ini akan tetap ada, maka aku memakmurkan kubur sebelum istana Sebagaimana engkau memakmurkan istanamu dan menghancurkan kuburmu, sampai- sampai engkau takut untuk dipindahkan dari istanamu ke kuburanmu, padahal engkau tahu bahwa kamu pasti masuk dalam kubur, maka katakan wahai Harun siapa yang gila di antara kita...?".

Bergetarlah hati Harun, lalu menangis dengan tangisan yang sampai membasahi jenggotnya, lalu Harun berkata : "Demi ALLAH engkau yang benar, Tambahkan nasehatmu untukku wahai Bahlul".

Bahlul : "Cukup bagimu Al-Qur'an maka jadikanlah pedoman".

Harun : "Apa engkau memiliki permintaan wahai Bahlul....? Aku akan penuhi".

Bahlul : "Iya aku punya 3 permintaan, jika engkau penuhi aku akan berterima kasih padamu".

Harun : "mintalah..."

Bahlul : 1. "Tambahkan umurku".

Harun : "Aku tak mampu",

Bahlul: 2. "Jaga aku dari Malaikat maut".

Harun : "Aku tak mampu",

Bahlul: 3. "Masukkan aku kedalam surga dan jauhkan aku dari api Neraka".

Harun : "Aku tak mampu".


Bahlul : "Ketahuilah bahwa engkau dimiliki (seorang hamba) dan bukan pemilik (Tuhan), maka aku tidak perlu padamu".

*Kisah ini dikutip dari kitab yang berjudul عقلاء ﺍﻟﻤﺠﺎﻧﻴﻦ "Orang-orang Gila Yang Berakal"

Tetapi kita menggunakan perkataan BAHLUL untuk mengatakan seseorang itu bodoh sedangkan ia adalah merupakan nama Ulama yang hebat.


Makam Syech Bahlul Majnun Di Baghdad Irak.